KURIKULUM 2013 (Berpijak Pada Dua Tradisi Yang Bertentangan)
DOI:
https://doi.org/10.32493/eduka.v1i1.3736Abstract
Kurikulum sejarah 2013 adalah gabungan tradisi utama dan tradisi alternatif yang bertentangan. Tradisi utama memfokuskan pada penanaman moral, materi sejarah politik dan metode mengajar klarifikasi, penalaran dan penilaian moral. Tantangan penerapan tradisi utama yaitu: 1) penentuan nilai; 2) pemilihan topik; 3) iklim belajar. Tradisi alternatif sebagai kritik atas tradisi utama. Tradisi utama memfokuskan pada kecakapan literatur sejarah, materi pengetahuan sejarah, dan metode yang didasarkan pada prinsip belajar. Tantangan utama penerapan tradisi alternatif adalah penguasaan disiplin ilmu dan metode pembelajaran. Akibat menggabungkan dua tradisi, rumusan kompetensi Sikap (Agama dan Sosial) yaitu nilai moral, sementara Kompetensi Pengetahuan dari tradisi alternatif. Sebagai akibatnya, Kurikulum Sejarah 2013 tidak terpadu karena tidak ada keterkaitan antar-Kompetensi Pengetahuan-Sikap dan Keterampilan. Guru harus mengambil keputusan terbaik berdasarkan justifikasi seorang profesional.
Kata kunci: kurikulum, pendekatan pembelajaran, pembelajaran
berorientasi nilai, intelektual.
References
Arthur, J., Davies, I., Kerr, D. and Wrenn, A. (2000). Citizenship
Through Secondary History. Routledge: London
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013). Kompetensi Dasar SMA/MA Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Barton, K. C. and Levstik, L. S. (2004). Teaching History for the
Common Good. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Brown, David. (1994). The State and Ethnic Politics in Southeast Asia.
New York: Routledge.
Carr, E. H. (1961). What is History?. London: Penguin.
Collingwood, R.G. (1993). The Idea of History. Oxford: OUP.
Donovan, M. S., Bransford J. D., and Pellegrino J. W. (1999). (eds).
How People Learn: Bridging Research and Practice. Washington
DC: National Academy Press.
Green, Andy. (1997) “Education and State Formation in Europe and
Asiaâ€, dalam Kennedy, K. (ed.). Citzenship Education and the
Modern State. New York: Falmer Press.
Halstead, M. and Taylor, M. “Learning and teaching about valuesâ€.
Cambridge Journal of Education, 2000: 169-202 (132).
Hobsbawm, Eric. (1990). Nations and Nationalism Since 1780.
Cambridge: CUP ‘Canto’.
Kinloch, N. (2001). “Parallel catastrophes? Uniqueness, Redemption
and the Shoahâ€, Teaching History.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kurikulum Tingkas
SMA/MA, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI, diunduh, 28 April 2013.
Lorenz, C. “Historical knowledge and historical reality: a plea for
“internal realismâ€. History and Theory, 1994: 297-327.
Maxwell, B. (2008). “Justifying educational acquaintance with the moral horrors of history on psychosocial grounds: Facing History and
Ourselves in critical perspective.†Ethics and Education,
Phillips, Robert. (1998). History Teaching, Nationhood and the State. London: Cassell.
Salmons, P. “Teaching or preaching? The Holocaust and intercultural
education in the UKâ€, Intercultural Education, 2003: 139-149 (143).
Shemilt. , (2009) “Drinking an ocean and pissing a cupfulâ€, dalam Symcox, L. and A. Wilschut (eds). National History Standards: The Problem of the Canon and the Future of Teaching History: International Review of History Education. Charlotte: Information Age
Publishing.
Slater, (ed.). (1995). Teaching History in the New Europe. London: Council of Europe.
Smith, R. I. “Values in history and social studiesâ€, dalam