Analisis Kinerja Bus Rapid Trans Koridor Blok M - Kota Dki Jakarta Dari Aspek Kelayakan Finansial
DOI:
https://doi.org/10.32493/jitmi.v3i2.y2020.p91-96Keywords:
kinerja finansial, NPV, BCR, IRRAbstract
Tujuan ujtama dari makalah ini adalah untuk mengkaji kinerja finansial BRT (Bus Rapid Trans) di DKI Jakarta pada koridor Blok M-Kota dari sudut pandang pemerintah daerah DKI Jakarta sebagai penyedia jasa.
Metode yang digunakan pada makalah ini dengan konsep analisis kinerja finansial dengan menghitung BCR, NPV, dan IRR untuk mengukur apakah proyek BRT ini feasible atau tidak.
Hasil analisis finansial yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan masa konsesi 10 tahun dan 15 tahun (proyek berakhir sampai dengan tahun 2015 dan tahun 2020). Untuk masa konsesi 10 tahun diperoleh IRR 10.984%. Sedangkan nilai tingkat suku bunga Bank Indonesia sebesar 12.75%, maka dapat dikatakan bahwa proyek BRT ini tidak layak (not feasible). Hal ini disebabkan karena proyek BRT bersifat sebagai proyek pelayanan masyarakat. Namun apabila masa proyek diperpanjang dengan masa konsesi 15 tahun maka IRR menjadi 16.131% yang berarti proyek BRT tersebut layak untuk dijalankan dengan asumsi persentase kenaikan yang sama tiap tahunnya.
References
Abubakar, I., 1997. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta.
Anonim, 2003. Feasibility Study Pengembangan Koridor BRT. Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta.
Fitriani, H. (2010). Analisa kelayakan finansial pasar tradisional modern Plaju Palembang. Jurnal Rekayasa Sriwijaya, 19(1), 1-6.
Gray, Clive., 2002. Pengantar Evaluasi Proyek, edisi kedua, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Handayani, T., Anggraini, R., & Isya, M. (2017). ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PENERBANGAN RUTE BANDA ACEH–NAGAN RAYA. Jurnal Teknik Sipil, 1(2), 475-484.
Hidayat, A. F., Baskara, Z. W., Werdiningsih, W., & Sulastri, Y. (2018). Analisa kelayakan finansial usaha agroindustri abon ikan di Tanjung Karang, Kota Mataram (Financial feasibility analysis of agroindustry fish abon in Tanjung Karang Mataram City). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 6(1), 69-75.
Kasmir, J. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media.
Manope, B. F., Kindangen, P., & Tawas, H. (2014). Analisa kelayakan usaha komoditas biji dan fuli pala melalui penilaian aspek finansial pada pedagang pengumpul “Kios Chandra†di Pulau Siau. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(4).
Pratama, F., Boesono, H., & Hapsari, T. (2012). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Panah Dan Bubu Dasar Di Periran Karimunjawa. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 1(1), 22-31.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
JITMI : Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri have CC-BY-SA or an equivalent license as the optimal license for the publication, distribution, use, and reuse of scholarly work.
In developing strategy and setting priorities, JITMI : Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri recognize that free access is better than priced access, libre access is better than free access, and libre under CC-BY-SA or the equivalent is better than libre under more restrictive open licenses. We should achieve what we can when we can. We should not delay achieving free in order to achieve libre, and we should not stop with free when we can achieve libre.