KAJIAN CULTURAL LAG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN PADA ERA GLOBALISASI

Authors

DOI:

https://doi.org/10.32493/jpkn.v5i1.y2018.p1-24

Keywords:

cultural lag, Betawi society, globalizatio

Abstract

This research aims to know the shape of cultural lag in the community of the Betawi Setu Babakan Village after the Ghetto culture of Engineering results the Government of DKI Jakarta. The method that used in this study is qualitative method. The research results showed that the Government of DKI Jakarta is trying to build a facility there are various means for protection of the Betawi in the era of globalization, but in practice local community contradictions occur less empowered, the community does not have the mental preparedness for menyeimbangi development that the more progressive so that experiencing a failed. Based on the theory of cultural lag of Ogburn, researchers sought to expose the failed, therefore needs to be an attempt to overcome the Cultural communities failed Betawi Setu Babakan by changing mindsets of society so that in accordance with the Master Plan of development of the Betawi Setu Babakan Village.

References

Alwasilah, C. (2015). Pokoknya Studi Kasus Pendekatan Kualitatif. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Brinkman, R. & Brinkman, J. (2006). Cultural Lag : In the Tradition of Veblenian Economics. Journal Of Economic Issues Vol. 40 No. 4 h. 1009–1028.

Chaer, A. (2015). Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi. Depok: Masup Jakarta.

Creswell, J. W. (2014). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (terjemahan Achmad Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunawan, H. (2015). Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata. Jurnal Sosietas Vol. 5 No.2.

Hatu, R. (2011). Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan. Jurnal Inovasi Vol. 8 No. 4 h. 1–11.

Hidayat, S. (2015). Pengaruh Keberadaan Kampung Inggris Terhadap Guna Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Tulung Rejo dan Desa Palem Kabupaten Kediri. Jurnal Tata Kota Dan Daerah Vol. 3 No. 1 h. 11–18.

Kaesthi, E. (2014). Perubahan sosial budaya masyarakat di desa wisata Karangbanjar kabupaten Purbalingga. Jurnal Solidarity Vol. 3 No. 1 h. 56–61.

Lumintang, J. (2015). Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Kemajuan Pembangunan Masyarakat Di Desa Tara-Tara.Jurnal Acta Diurna Vol. 4 No. 2.

Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Postkolonial. Jakarta: Grafindo Persada.

Marzali, A. (2009). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.

Melati, F. (2013). Dinamika Perubahan Sosial Dan Budaya di Desa Kendalsari, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Jurnal Antro Unair Vol. 2 No. 1 h. 291–297.

Moechtar, M. (2012). Identifikasi Pola Permukiman Tradisional Kampung Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol. 1 No.2. h. 135–143.

Moleong, L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mubah, A. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. Jurnal Fisip Unair Vol. 24 No.31 h. 302–308.

Munandar, A. (1996). Proses Pengkotaan dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pinggiran Kota Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Octaviani, D. (2007). Perubahan Sosial Budaya Orang Melayu (Studi Kasus di Kampung Terjun dan Pekan Labuhan). Tesis. Program Studi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan.

Oktaviyanti, S. (2013). Pariwisata. Jurnal Nasional Pariwisata Vol. 5 No.3. h. 154–167.

Parwitaningsih. (2003). Identitas Orang Betawi Dalam Komunitas Heterogen (Studi di Kampung Baru, Kelurahan Cirendeu, Tangerang). Tesis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Putri, F. & Maharani, Y. 2016. Betawi Culture And Nature Conservation Through Ecotourism Education. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Senirupa Dan Desain No.1 h. 1–6.

Qomarudin. (2013). Perubahan Sosial dan Peran Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Karimun Jawa. Journal of Educational Social Studies VoL. 2 No.1 h. 41–46.

Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Setiadi, E. M. & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahnya. Jakarta: Kencana.

Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Steinberg, F. (2007). Jakarta : Environmental problems and sustainability. Jurnal Habitat International Vol. 31 h. 354–365.

Sudrajat, A. 2014. Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS (Penelitian Verifikatif Kualitatif Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan). Disertasi. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Surat Keputusan Gubernur No. 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Waha, R. (2016). Pengaruh Objek Wisata Tasikria Terhadap Masyarakat Di Desa Mokupa Kecamatan Tombariri. ASE Vol. 12 No. 1 h. 1–18.

Wardiningsih, S. (2005). Rencana Pengelolaan Lanskap Perkampungan Budaya Betawi Di Setu Babakan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Tesis. Program Studi Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor.

Yuwono, S. (2016). Mempertahankan Keberadaan Kampung di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta. Jurnal Arsitektur NALARs Vol.15 No. 1 h. 73–80.

Downloads

Published

2018-04-01

How to Cite

Nursyifa, A. (2018). KAJIAN CULTURAL LAG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN PADA ERA GLOBALISASI. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(1), 1–24. https://doi.org/10.32493/jpkn.v5i1.y2018.p1-24