SASTRA INDONESIA KINI: KEDAERAHAN SEBAGAI ACUAN DAN SARANA MENANGGAPI BERBAGAI PERSOALAN
Abstract
ABSTRAK Sejak awal kelahiran dan pertumbuhannya, sastra modern Indonesia tidak terlepas dari persoalan budaya lokal yang menjadi rumah bagi adat-istiadat dan nilai-nilai tradisional. Semangat yang muncul dalam periode awal sastra Indonesia adalah semangat menentang tradisionalitas. Kiblat atau orientasi para sastrawan cenderung ke Barat. Dalam konteks itu, adat-istiadat, tradisionalitas, sikap kedaerahan, atau apa pun istilahnya, dipandang sebagai faktor penghambat kemajuan. Namun, sejak 1950-an telah terjadi perubahan. Budaya lokal dengan segala segi yang tercakup di dalamnya tidak harus dipahami sebagai sesuatu yang negatif. Terdapat aspek positif dalam budaya daerah yang dapat menjadi inspirasi bagi sastrawan untuk berkarya. Karena itu, sejak 1950-an lahir sejumlah novel yang sarat dengan warna lokal dalam kesastraan Indonesia, bahkan di era digital ini pun persoalan-persoalan yang terkait dengan kedaerahan masih menjadi sorotan. Makalah ini hendak menunjukkan bagaimana budaya lokal dengan segala aspek yang tercakup di dalamnya menjadi acuan, sorotan, dan sarana penciptaan karya sastra, khususnya karya-karya yang terbit selepas Orde Baru, untuk menanggapi berbagai persoalan di Indonesia, termasuk persoalan politik dan kekuasaan. Kata kunci: kedaerahan, warna lokal, budaya lokal, tradisionalitas, Orde BaruDownloads
Published
2020-01-13
Issue
Section
Articles