DINAMIKA KEBAHASAAN PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2019 (SEBUAH TINJAUAN RAGAM BAHASA)
Abstract
Kontestasi pemilihan presiden yang dihelat Rabu, 17 April 2019 lalu tidak hanya
menyisahkan sejumlah persoalan politik, tetapi juga kebahasaan. Dua lini seperti
media daring dan luring turut membincangkan persoalan itu melalui kontestasi
Jokowi-Amin dan Probowo-Sandi. Kedua media ini terlibat perang bahasa dalam
rangka memenangi kontestasi. Untuk membahasnya lebih lanjut, tulisan ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Implementasi metode ini berupa
penelusuran fakta kebahasaan yang terdapat dalam mesin pencari google seputar perbicangan Pilpres 2019, yang kemudian dibantu dengan pendekatan
sosiolinguistik: ragam bahasa dan teori SPEAKING. Terhadap penelusuran ini
dapat disampaikan bahwa sengitnya komentar pada laga kedua pendukung
kontestan telah mewarnai warung kopi pinggir jalan dan televisi. Sebut saja
misalnya, leksikon kampret dan cebong menjadi viral di kalangan kedua
pendukung kontestan. Sejumlah fakta bahasa membuktikan bahwa leksikon
cebong disematkan kepada pendukung pasangan 01 Jokowi-Ma‘ruf, sedangkan
leksikon kampret dituju kepada pendukung pasangan 02 Prabowo-Sandi. Dalam
pada itu, dapat ditarik suatu benang merahnya bahwa pilpres 2019 telah
menciptakan dinamika kebahasaan baru sehingga menciptakan ragam bahasa
pilpres.
Keywords: dinamika kebahasaan; cebong; kampret; fakta kebahasaan; ragam
bahasa pilpres