DISKRIMINASI DAN RESISTENSI PENGANUT AGAMA LOKAL: KAJIAN RUANG PASCAKOLONIAL TERHADAP CERPEN ORANG-ORANG DI SELATAN HARUS MATI MALAM ITU KARYA FAISAL ODDANG

Authors

  • M. Faiz Hakim Nazri Magister Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada

DOI:

https://doi.org/10.32493/sns.v4i1.36672

Abstract

Sejak Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda, agama-agama lokal semakin tersisihkan oleh dominasi agama resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Artikel ini membahas isu diskriminasi dan resistensi yang dihadapi oleh penganut agama lokal Towani Tolotang di dalam cerpen Orang-orang di Selatan Harus Mati Malam Itu karya Faisal Oddang. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan pascakolonial yang secara spesifik memanfaatkan teori ruang pascakolonial yang digagas oleh Sara Upstone dalam buku Spatial Politics in the Poscolonial Novel (2009). Dalam konsepsinya, Upstone menetapkan struktur koherensi yang mendasari sebuah ruang. Struktur tersebut terdiri atas; ruang (space), tempat (place), overwriting, batasan-batasan (border), kekacauan (chaos), dan pasca-ruang (post-space). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Berdasarkan hasil analisis, cerpen OSHMII menunjukan bahwa negara masih mempertahankan wacana kolonial dalam pengaturan agama. Hal itu bisa dilihat dari peraturan yang dikeluarkan negara yang kemudian digunakan sebagai border untuk menekan penganut Towani Tolotang. Konstruksi ruang yang demikian menuntut homogenitas, keajegan, serta kestabilan yang pada gilirannya melahirkan dua bentuk resistensi. Pertama melalui perjalanan, perpindahan tempat. Kedua dengan mencantumkan nama agama resmi di kolom KTP, tetapi tetap menjalankan praktik Towani Tolotang dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: Diskriminasi, Resistensi, Agama Leluhur, Pascakolonial, Towani Tolotang

References

Aschroft, B., Griffiths, G., & Tiffin, H. (2003). Menelanjangi Kuasa Bahasa: Teori dan Praktik Sastra Poskolonial. Qalam.

Baso, A. (2005). Islam Pasca-Kolonial: Perselingkuhan Agama, Kolonialisme, dan Liberalisme (1st ed.). Penerbit Mizan.

Day, T., & Foulcher, K. (2008). Bahasan Postkolonial dalam Sastra Indonesia Modern. In Clearing a Space: Sastra Indonesia Modern Kritik Postkolonial (2nd ed.). Yayasan Obor Indonesia dan KITLV.

Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal (1st Edition). Pustaka Pelajar.

Hariyono, S., & Nurhadi. (2020). Hierarki Kebutuhan Tokoh Utama dalam Dua Cerpen Faisal Oddang. Sawerigading, 26(1), 19–31.

Jubba, H. (2016a). Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia: Pengalaman Towani Tolotang di Sulawesi Selatan. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya, 1(2).

Jubba, H. (2016b). Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia: Pengalaman Towani Tolotang di Sulawesi Selatan. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya, 1(2), 179–186. https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.744

Nurgiantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (11th ed.). Gadjah Mada University Press.

Oddang, F. (2019). Sawerigading Datang dari Laut. DIVA Press.

Qoyim, I. (2004). Agama dan Pandangan Hidup Masyarakat Towani Tolotang. In Religi lokal & pandangan hidup kajian tentang masyarakat penganut religi Tolotang dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), saminisme dan agama Jawa Sunda. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI).

Sahajuddin, Hafid, A., & Hafid, R. (2019). Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dalam Kajian Sumber Sejarah Lisan. International Seminar on Conflict and Violence: Historical Reconstructions and Cultural Resolutions, 49–67.

Syamsurijal, & Nasurung, M. F. L. (2019, August). Menekuk Agama Lokal; Nalar Kekerasan dalam Regulasi yang Mengatur Kepercayaan Towani-Tolotang. International Seminar on Conflict and Violence: Historical Reconstructions and Cultural Resolutions.

Upstone, S. (2009). Spatial Politics in The Poscolonial Novel. Ashgate Publishing Company.

Downloads

Published

2023-12-14