PEREMPUAN DALAM KESUSASTRAAN INDONESIA

Authors

  • Wiyatmi Wiyatmi Universitas Negeri Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.32493/sns.v1i1.7856

Abstract

Membaca Simone de Beauvoir

Membaca Simone de Beauvoir adalah membaca sebuah dongeng kutukan yang melekat pada sebuah tubuh tempat rahim bersemanyam yang menyebabkan namanya berakhiran vocal i, Dewi, Lakmi, atau Putri.

Membaca Simone de Beauvoir adalah membaca sebuah takdir yang diciptakan sejarah tentang oposisi biner kelas dan kasta, kiri dan kanan, emosi dan logika, inferior dan superior yang melekat pada payudara dan dada.

Membaca Simone de Beauvoir adalah membaca sebuah perlawanan yang tetap terbelenggu dalam penjara asmara Sang Sartre hingga eksistensimu terbaca samar.

Membaca Simone de Beauvoir adalah membaca sebuah mimpi yang terlambat karena betahun lalu telah ada Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat yang tak lagi tinggal di kelas dua yang membuatmu selalu gelisah dan inferior tak berkesudahan.

Wiyatmi, Yogyakarta, 20 Desember 2019

Puisi tersebut adalah salah satu puisi yang saya tulis ketika sedang mengerjakan penelitian Hibah Penelitian Dasar Dikti tahun lalu yang berjudul “Konstruksi Gender Perempuan Super dalam Folkore Indonesia dan Transformasinya dalam Sastra Indonesia Mutakhir.†Dari penelitian ini, saya menemukan sejumlah tokoh perempuan dalam folklore dari berbagai daerah di Indonesia, dengan latar waktu berpuluh abad lampau yang telah menduduki tahta kerajaan atau pun kepala suku, dan panglima perang melawan kolonialisme asing. Saya mememukan lagi (karena sebelumnya pernah mendengar namanya, tetapi tidak begitu paham eksistensinya) adanya seorang gadis dari abad XVI, Renta Kencana, putri Sultan Trenggana, Sultan Demak salah satu kesultanan Islam di Jawa, yang diangkat sebagai seorang raja di Kerajaan Kalinyamat (sekarang wilayah Jepara). Selain itu, di pedalaman Kalimantan juga ada seorang perempuan bernama Asung Luwan yang diangkat sebagai Kepala Suku Dayak Kayan. Di Pulau Kupang, Kalimantan Tengah juga ada seorang perempuan, Nyai Undang yang menjadi raja dari sejak sebelum menikah. Selain mereka bertiga, masih bias ditemukan sejumlah raja dan pemimpin perempuan di beberapa kerajaan dan daerah di Nusantara (Indonesia), seperti pernah dikaji oleh salah seorang arkeolog di UI, Titi Sari Nastiti (2009).

Setelah menemukan sejumlah hasil penelitian tersebut, saya pun menyimpulkan bahwa ternyata nenek moyang kita sudah lama memraktikkan kesetaraan gender atau yang sering dikenal dengan istilah feminisme, jauh sebelum konsep dn gerakan feminisme lahir di Eropa dan Amerika. Salah satu tokohnya adalah Simone de Baeboir di Perancis. Sebelum feminisme sebagai gerakan, cara pandang, dan ideologi kesetaraan gender lahir dan digaungkan di Eropa dan Amerika, kita sudah melaksanakan feminisme, yang dapat disebut feminisme nusantara. Selain artikel ilmiah yang dikirimkan ke jurnal internasional, dan menunggu publish, saya dan tim peneliti menulis temuan tersebut dalam buku berjudul Para Raja dan Pahlawan Perempuan, serta Bidadari dalam Folkolre Indonesia  (Wiyatmi, Sari, Liliani, 2020).

Pertanyaan selanjutnya, kalau dalam sastra rakyat, sastra lama hasil kreasi nenek moyang sudah kental isu feminisme, bagaimana dengan sastra Indonesia modern? Penelitian lanjutan yang kami kerjakan tahun ini akan mengungkap hal tersebut. Sudah ada beberpa temuan yang bias dicatat.

Author Biography

Wiyatmi Wiyatmi, Universitas Negeri Yogyakarta

Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni

References

Anwar, Ahyar, 2009. Genealogi Feminis, Dinamika Pemikiran Feminis dalam Novel Pengarang Indonesia 1933-2005.Jakarta: Republika.

Banita, Baban. 2008. “Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami dalam Perspektif Feminis Radikal.†Bandung: Universitas Padjajaran.

Damono, Sapardi D. 2004. â€Perempuan Sastrawan, Tren atau Proses Kebangkitan? Kompas, 02 Maret 2006.

Eneste, Pamusuk. 2000. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Hadi, Murtadho. 2010. Ratu Kalinyamat. Yogyakarta: LKiS

Hellwig, Tineke. 2003. Bercermin dalam Bayangan, Citra Perempuan dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Women Research Institute & Desantara, Juli 2003

Heraty, Toeti. 2000. Calon Arang, Perempuan Korban Patriarki: Prosa Lirik. Jakarta: Yayasan Obor

Junus, Umar. 1974. Perkembangan Novel Indonesia. . Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mangunwijaya, Y.B. 1993. Balada dara-dara Mendut. Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya, Y.B, 1985. Durga Umayi. Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya, Y.B. 1981. Burung-Burung Manyar. Jakarta: Gramedia.

Muhtar, Yanti. 2010. “Pendidikan Feminis bagi Perempuan Marginal: Sebuah Upaya Mempercepat Pencapaian Keadilan untuk Semua,†dalam Jurnal Perempuan 66, Pendidikan untuk Semua.

Moerdopo, E. (2018). Laksamana Malahayati Sang Perempuan Keumala. Jakarta: Grasindo.

Nararosa. 2010. Avatar Keadilan: Pesona Kebajikan Maharatu Shima Dari Negeri Kalingga. Yogyakarta: Diva Press.

Nastiti, Titi S. 2009. “Peran dan Kekudukan Perempuan dalam Masyarakat Jawa Kuna (Abad VIII – XV).†Disetasi Universitas Indonesia. diunduh dari lib.ui.ac.id › file › 130303-D623-Titi Surti Nastiti.

Nurcahyani, Nani. 2008. “Anasir-anasir Feminisme dalam Dua Novel Tetralogi Pulau Buru Karya Pramudya Ananta Toer†Program Magister Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Rampan, Korrie L. 2006. “Wanita Novelis Indonesia.†Kompas, 25/2/1996.

Reinharz, Shulamit. 2005. Metode-metode Feminis dalam Penelitian Sosial. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Lisabona Rahman dan J. Bambang Agung. Jakarta: Woman Reseach Institute.

Santosa, Joko. 2014. Sihir Pembayun: Sebuah Pembelaan Ibunda Ratu Kidul. Yogyakarta: Diva Press.

Sawitri, Cok. 2007. Janda dari Jirah. Jakarta: Gramedia.

Sayekti, Sri. 2010. Ratu Rara Kencanawungu. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian pendidikan Nasional.

Showalter, Elaine, editor. 1985. The New Feminist Criticism: Essays on Women, Literature, and Theory. New York: Pantheon.

Suryaman, M., Wiyatmi, Nurhadi, Liliani. 2012. Sejarah Sastra Indonesia Berperspektif Gender. Yogyakarta: Leutika Prio.

Teeuw. A. 1955. Pokok dan Tokoh dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw. A..1979. Sastra Baru Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Teeuw. A. 1980. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Pustaka Jaya.

Toer, Pramudya Ananta. 2000. Panggil Aku Kartini Saja. Jakarta: Hasta Mitra.

Toer, Pramudya Ananta. 1999. Arok Dedes. Jakarta: Hasta Mitra.

Toer, Pramudya Ananta. 1951. Cerita Calon Arang. Jakarta: Hasta Mitra.

Utami, Ayu. 2001. Larung. Jakarta: Gramedia.

Utami, Ayu. 2008. Bilangan Fu. Jakarta: Gramedia.

Wahyudi, Ibnu. 2005. â€Kiprah Perempuan Pengarang di Indonesia Pasca-Saman†dalam Jurnal Srinthil: Media Perempuan Multikultural. Jakarta:Desantara.

Wiyatmi. 2012. Dekonstruksi Sistem Patriarki Dan Pencarian Identitas Novelis Perempuan Indonesia Tahun 2000-an†Bahasa dan Seni, 40 (1), 45-54.

Wiyatmi, Sari, E., Liliani, E; 2020. Para Raja dan Pahlawan Perempuan, serta Bidadari dalam Folkolre Indonesia. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.

Yulianeta, Chamamah S, Kusharyanto, J. 2016. “Representation of Gender Ideology in Indonesia Novel’s: a Study of the Reformation Era Novel.†Lingua Cultura, 10 (1) 31-36

Zulkarnain, Jaka A. & Wiyatmi. 2018. “Dekonstruksi Femininitas dalam Novel-Novel Karya Eka Kurniawan:Dari Pekerjaan sampai Kecantikan.†Poetika: Jurnal Ilmu Sastra, VI (2), 109-120.

Downloads

Published

2020-11-24