STOP PERUNDUNGAN: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI FILM FIKSI BERBAHASA INGGRIS
DOI:
https://doi.org/10.32493/skr.v10i2.31491Abstract
ABSTRAK
Kasus perundungan di Indonesia, sebagaimana di negara lainnya, muncul dalam konteks yang berbeda. Pelaku perundungan seringkali melakukan aksi perundungan secara berhadapan dengan korban tapi juga dapat melakukannya dalam bentuk perundungan siber – yang kasusnya terus meningkat seiring perkembangan teknologi dan maraknya penggunaan media sosial di kalangan siswa. Fenomena ini menyoroti beberapa poin signifikan bahwa kasus perundungan meliputi perundungan fisik maupun verbal serta dapat terjadi secara langsung atau melalui media sosial. Oleh karena itu, upaya mendasar untuk mencegah aksi perundungan dapat dilakukan dengan memberikan penguatan pendidikan karakter terhadap siswa. Dalam menyampaikan pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya mencegah aksi perundungan, film fiksi dapat dipilih sebagai sarana efektif. Program studi Sastra Inggris Universitas Pamulang mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan anti perundungan yang diberikan kepada remaja Nurul Ashri, Depok, dengan rangkaian kegiatan pemutaran film fiksi, diskusi interaktif, dan pembuatan poster digital. Seluruh aktifitas tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan jangka panjang dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Kata Kunci: film fiksi, perundungan, pendidikan karakter, remaja Nurul Ashri
ABSTRACT
As in other nations, bullying incidents occur in various settings in Indonesia. Bullies frequently engage in direct confrontational bullying with their victims. Nonetheless, they can also engage in cyberbullying, which is rising due to technology advancements and students’ widespread use of social media. This phenomenon illustrates several crucial issues, including that bullying can occur physically or via social media and often involves physical and verbal abuse. Therefore, empowering character-building for students can be essential to stopping bullying. A fictional film can be a powerful tool for communicating the significance of education in preventing bullying and raising awareness of this issue. To provide anti-bullying counseling to the youths of Nurul Ashri, Depok, the English Literature Department of Universitas Pamulang organized a community service – a series of events, including the screening of a fictional movie, interactive talks, and the creation of digital posters. These activities are considered community service’s ultimate and long-term objectives.
Keywords: bullying, character-building, fictional film, the youths of Nurul Ashri
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Penulis memegang hak cipta dan memberikan hak publikasi pertama kepada jurnal dengan karya tersebut secara bersamaan dilisensikan di bawah Lisensi Atribusi Creative Commons yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan atas kepenulisan karya dan publikasi awal di jurnal ini.
- Penulis dapat mengadakan perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif dari versi terbitan jurnal (misalnya, mempostingnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya pada tahun jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting karya mereka secara online (misalnya, di repositori institusi atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena hal ini dapat mengarah pada pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar atas karya yang diterbitkan (Lihat The Pengaruh Akses Terbuka ).
JURNAL SEKRETARI: memiliki lisensi CC-BY-SA atau yang setara sebagai lisensi optimal untuk publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali karya ilmiah.
Dalam mengembangkan strategi dan menetapkan prioritas, JURNAL SEKRETARI: Jurnal Sekretaris menyadari bahwa akses bebas lebih baik daripada akses berbayar, akses gratis lebih baik daripada akses gratis, dan libre di bawah CC-BY-SA atau yang setara lebih baik daripada libre di bawah kondisi terbuka yang lebih ketat. lisensi. Kita harus mencapai apa yang kita bisa ketika kita bisa. Kita tidak boleh menunda mencapai kebebasan untuk mencapai libre, dan kita tidak boleh berhenti pada kebebasan ketika kita bisa mencapai libre.