RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT DITINJAU DARI INDIKATOR PERESEPAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DI RUMAH SAKIT IMC PERIODE JANUARI - MARET 2019
Keywords:
Penggunaan obat rasional, indikator peresepan, WHOAbstract
Penggunaan obat yang rasional merupakan bagian terpenting dalam sistem pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) sebagai organisasi kesehatan terbesar di dunia telah mengembangkan indikator penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan kesalahan dalam pengobatan atau timbulnya efek samping yang tidak diinginkan. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 50% dari semua obat diresepkan, dibagikan, dan dijual secara tidak tepat. Pada 1993, resep di Indonesia masih irasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat berdasarkan indikator peresepan oleh World Health Organization (WHO) rawat jalan dalam pengobatan pasien poli internis di rumah sakit Ichsan Medical Centre periode Januari – Maret. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan penelitian cross sectional. Data dikumpulkan secara retrospektif dengan pengambilan sampel secara acak (random sampling). Jumlah total sampel adalah 213 resep. Hasil penelitian dibandingkan dengan standar WHO pada tahun 1993. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase rata-rata obat yang diresepkan dengan nama generik adalah 85,39%; persentase rata-rata jumlah item obat yang diresepkan adalah 2,72%; persentase obat dengan nama generik adalah 53,35%; persentase peresepan antibiotik adalah 32,39%; persentase sediaan injeksi adalah 1,87%; dan persentase rata-rata obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium Rumah Sakit 90%.
References
Depkes RI. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI. 2014. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI tentang Pengadaan Obat Berdasarkan e-katalog, No KF/Menkes/167/III/2014, Depkes RI. Jakarta. 2014.
Desalegn, A.S., 2013. Assessment Of Drug Use Pattern Using WHO Prescribing Indikators at Hawasssa University Teaching and Referral Hospital. South Ethiophia: A Cross-Sectional Study, Research Article, Biomed Central 13:170.
Dwiprahasto, I. 2006. Peningkatan Mutu Penggunaan Obat Di Puskesmas Melalui Pelatihan Berjenjang Pada Dokter Dan Perawat. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 9 (2).
Hogerzeil, H. V, Bimo, Ross-Degnan, D., Laing, R. O., Ofori-Adjei, D., Santoso, B., … Mabadeje, A. F. (1993). Field tests for rational drug use in twelve developing countries. Lancet (London, England), 342(8884), 1408–1410
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Ministry of Health Republic of Indonesia, (1), 1–303.
Sastroasmoro, Sudigdo (2011). Dasar - dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta : Sagung Seto.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2007. Obat - obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek - Efek Sampingnya. Edisi keenam, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
WHO. 1993. How to Investigate Drugs Use in Health Facilities (selected drug use indicators). World Health Organization.Geneva.
Widodo. (2005). Kebijakan Penggunaan Antibiotika Bertujuan Meningkatkan Kualitas Pelayanan pada Pasien dan Mencegah Peningkatan Resistensi Kuman. Pidato Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap FKUI