Pengarangan Sampah Dedaunan Menggunakan Alat Pengarangan Sederhana

Abstract

Sampah daun dan ranting dari ruang terbuka hijau seluas 2.800 m² yang ditempati Pomdok Pesantren Assa’adah, di Jalan Raya Puspiptek, Perumahan Puri Serpong 1, Blok C, Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, memang sering dibersihkan, namun sampah dedaunan dan ranting dibuang/dikembalikan ke lahan tanaman. Hal ini mengakibatkan sampah dedaunan berserakan, teronggok atau bahkan jatuh ke saluran pembuangan air (drainase). Sampah dedaunan yang dikembalikan ke lahan memang bagus untuk tanaman bila sudah terurai menjadi pupuk organik/alami. Namun secara alami hal ini membutuhkan waktu yang lama. Sampah dedaunan yang berserakan di lahan ataupun yang teronggok, di musim hujan menyebabkan bau busuk yang mengganggu kenyamanan. Bahkan bila terjatuh ke saluran pembuangan air (drainase) bisa menyebabkan terhambatnya aliran air pembuangan, yang menjadikan sarang penyakit dan bau busuk yang menyengat serta berpotensi sebagai tempat sarang penyakit. Sampah dedaunan bila dibakar langsung di sekitar lahan RTH juga akan sangat mengganggu kenyamanan para santri, di samping itu tanah bekas tapak pembakaran akan menjadi tanah yang keras sehingga menjadikannya tidak subur. Onggokan sampah dedaunan yang dibiarkan akan meninmbulkan masalah estetis, sosial budaya, ekonomi dan penyakit. Sampah dedaunan dan ranting, bila dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, misalnya briket, di samping bisa mengatasi masalah-masalah tersebut, juga bisa meningkatkan nilai ekonomi tanpa menimbulkan masalah lainnya. Pada PKM kali ini, diberikan penyuluhan dan pelatihan cara melakukan pengarangan sampah dedaunan menggunakan alat pengarang sederhana, yaitu berupa kaleng bekas cat yang berukuran 25 liter.