Pengaruh Visum Et Repertum Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penganiayaan

Authors

  • Dahris Siregar Universitas Tjut Nyak Dhien

DOI:

https://doi.org/10.32493/rjih.v7i2.45747

Keywords:

Evidence, Examination, Victim, Doctor

Abstract

Evidence is needed in cases of ordinary and severe investigative persecution. Law No. 8 of 1981 regulates the intended evidence. The court usually asks the defendant or suspect to explain his actions to the victim when proving the attempted goods. However, in reality, all those who are unlikely to commit crimes are brought to justice, including human beings, whether it is life or death. Proof of letters requested with the help of a doctor as an expert is one of the most important evidences in situations of persecution with visum et repertum, the medical results examined can be documented in writing in the form of a certificate, as well as an expert witness as a doctor. This research method is normative research, the meaning of law is considered either as mentioned in law books or as a standard that is a standard for the behavior of people who are considered reasonable. If visum et repertum does not align using the data provided by the defendant, the statement may be revoked, and visum et repertum has the ability to be examined again if the defendant does give a false confession

References

Barama, M. (2011). Kedudukan visum et repertum dalam hukum pembuktian. Universitas Sam Ratulangi.

Djoko Prakoso, I. K. M. (1987). Mengenal Lembaga Kejaksaan di Indonesia (Cet. 1). Jakarta: Bina Aksara,.

Hamzah, P. D. J. A. (2017). Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi kedu). Jakarta: Sinar Grafika.

Harahap, M. Y. (2009). Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Kuhap : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali (Kedua). Jakarta: SINAR GRAFIKA.

Idries, A. M. (1997). Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (R.15Q). Jakarta: Binarupa Aksara.

Ranoemihardja, R. A. (1991). Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science). Bandung: Bandung Tarsito.

Setiady, T. (2009). Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman (Cet.2). Bandung: ALFABETA.

Suharto. (2014). Panduan Praktis Bila Anda Menghadapi Perkara Pidana : Mulai Proses Penyelidikan Hingga Persidangan (Cetakan ke; F. F. Lutfianingsih, Ed.). Jakarta: Prenadamedia Group.

Abdim Munib, M. (2018). Tinjauan Yuridis Kewenangan Kepolisian Republik Indonesia Dalam. Justitiable Jurnal Hukum, I, 1–14.

Adyan, A. R. (2010). Kekuatan Hukum Visum et Repertum Sebagai Alat Bukti Di Tinjau Dari KUHAP Dan Undang-Undang No.23 Tahun 2004. Keadilan Progresif, 1(1), 29–42.

Astutiningrum, Y. P. (2014). Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Peranan Saksi Ahli Dalam Pembuatan Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Penganiayaan. Jurnal Verstek, 4(1), 165–172.

Cahyani, N. P. M., Sujana, I. N., & Widiantara, M. M. (2021). Visum et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Penganiayaan. Jurnal Analogi Hukum, 3(1), 122–128. https://doi.org/10.22225/ah.3.1.2021.122-128

Hakimnya, P. (2015). Tinjauan tentang visum et repertum sebagai sarana pembuktian tindak pidana pengguguran kandungan dan pertimbangan hakimnya. 6(36), 4–10.

Hs, J., Waluyo, R., Timur, K. T., & Barat, J. (2022). KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PROSES PIDANA Mas Dhanis Taufiqurrahman Suhardianto , Muhammad Rusli Arafat Fakultas Hukum , Universitas Singaperbangsa Karawang A . PENDAHULUAN Pemeriksaan terhadap perkara pidana dilakukan oleh aparat penegak. 7(1), 83–94.

Iqbal Setiaji, R., & Sugiharto, dan R. (2020). Fungsi Visum et Repertum Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penganiayaan (Studi Kasus Di Polres Kendal). 819–833.

Lasut, M. (2016). Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana. V(3), 120–128. Retrieved from https://dewi37lovelight.wordpress.com/2011/02/10/pera

Lukow, M., Pangkerego, O. A., & Olii, A. (2021). Kajian Yuridis Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Surat Dalam Pembuktian Perkara Pidana. Lex Crimen, X(7), 97–106.

Pane, M. (2014). Peranan Visum Et Repertum Dalam Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 8(2), 169–178. https://doi.org/10.24246/jrh.2014.v8.i2.p169-178

Putri, D. A., & Rustamaji, M. (2024). Kedudukan Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Mengungkapkan Tindak Pidana Penganiayaan. Verstek, 12(2), 34. https://doi.org/10.20961/jv.v12i2.82534

Simanjuntak, D. A., Hukum, F., Prima, U., Sekip, J., Sikambing, S., & Utara, S. (2011). Peranan Visum Et Repertum Dalam Tindak Pidana. I(2), 12–25.

Suhardianto, M. D. T., & Arafat, M. R. (2022). Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum Dalam Proses Persidangan Perkara Pidana Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana. Jurnal Hukum POSITUM, 7(1), 83–94. Retrieved from file:///C:/Users/User/Downloads/5723-File Utama Naskah-18037-1-10-20220710-2.pdf

Syamsuddin, R. (2011). Peranan Visum et Repertum di Pengadilan. Jurnal Al-Risalah, 11(1), 190–205.

Syifawaru, A. S., Pawennei, M., & Fadil, A. (2022). Journal of Lex Generalis ( JLS ). Journal of Lex Generalis (JLS), 3(September), 148–166.

Tindak, D., Penganiayaan, P., & Sulfiati, I. A. J. A. (2023). LEGAL : Journal of Law. 2(1), 43–55.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, P. (1981). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) No. 8 Tahun 1981. Kuhap, 871. Retrieved from https://jdih.mahkamahagung.go.id/storage/uploads/produk_hukum/file/KUHAP.pdf

KUHP. (2017). Kuhp, Kuhper, Kuhap.

Published

2024-12-14