Biopori Sebagai Upaya Mengatasi Banjir dan Ketersediaan Air Tanah di Lingkungan Pesantren Nurul Huda
Abstract
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang semakin padat di Kelurahan Pasir Gunung Selatan menyebabkan tanah banyak dijadikan perumahan, pembangunan jalan, dan fasilitas umum yang menjadikan tanah ditutupi oleh aspal dan beton. Pada waktu hujan turun, air tidak dapat menyerap kedalam tanah dan mengakibatkan banjir. Masalah lain yang muncul adalah penurunan muka air tanah akibat kebutuhan air yang semakin meningkat karena pertambahan penduduk. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) mencoba berpartisipasi menanggulangi banjir dan ketersediaan air tanah dengan membuat Lubang Resapan Biopori. LRB diharapkan mampu meresapkan air kedalam tanah dan menjadi solusi banjir serta menjaga ketersediaan air tanah. Pelaksanaan dilakukan dalam 2 tahap yaitu penyuluhan dan pelaksanaan LRB. Penyuluhan meliputi tentang pentingnya LRB, cara membuat, juga perawatan supaya LRB efektif. Pelaksanaan meliputi pembuatan LRB dan pengisian LRB menggunakan sampah organik. Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya 50 titik LRB di lokasi rawan banjir dan diharapkan efektif mengatasi banjir dan ketersediaan air tanah di lokasi PKM.
Kata kunci: banjir, air tanah, biopori, resapan
ABSTRACT
Increasingly dense population growth in the Pasir Gunung Selatan has caused land to became a lot of housing, road construction, and public facilities that make the land covered with asphalt and concrete. When it rains, water cannot absorb into the ground and cause flooding. Another problem is the decrease in groundwater level. The team of “Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)†participate in tackling flooding and groundwater availability by making a Biopori Infiltration Hole. LRB is expected to be able to absorb water into the ground and be a solution to flooding and maintain the availability of ground water. The implementation was in 2 stages; counseling and LRB implementation. Counseling covers the importance of LRB, how to make it, and also maintenance. The implementation includes making LRB and filling LRB using organic waste. The result of this activity are 50 LRB points in flood-prone locations and is expected to be effective in dealing with floods and availability of ground water in PKM locations.
Keywords: flood, groundwater, biopori, infiltrationReferences
Biopori Teknologi Tepat Guna dan Ramah Lingkungan, (http://www.biopori.com) diakses 20 Juli 2019
Pembuatan Lubang Resapan Biopori (http://bplhd.jakarta.go.id) diakses 20 Juli 2019
Brata, K. R. (2008). Implementasi Sistem Peresapan Biopori Untuk Konservasi Sumber-Daya Air. Makalah Disampaikan Pada Paparan Sistem Peresapan Biopori Di Ruang Rapat Dit. Bina Pengelolaan Sumberdaya Air, Ditjen. SDA, Jl. Pattimura, 20.
Budi, B. S. (2016). Model Peresapan Air Hujan Dengan Menggunakan Metode Lubang Resapan Biopori (LRB) Dalam Upaya Pencegahan Banjir. Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil, 18(1).
Karuniastuti, N. (2014). Teknologi biopori untuk mengurangi banjir dan Tumpukan sampah organik. Swara Patra, 4(2).
Pusat Litbang, S. D. A., Badan Litbang, P. U., & Kementrian, P. U. (2002). Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan (SNI: 03-2453-2002). Tidak Diterbitkan. Jakarta.
Sembel, A. S., & Rondonuwu, D. M. (2016). KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI. MEDIA MATRASAIN, 13(3), 62–70.
Tim Biopori, I. P. B. (2008). Biopori, Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan.