Fenomena Budaya Ngopi di Coffe Shop Sebagai Bentuk Komunikasi Baru di Kalangan Ibu-Ibu Muda
DOI:
https://doi.org/10.32493/sekretarisskr.v11i2.42303Keywords:
Fenomena budaya, Coffe Shop, Komunikasi BaruAbstract
ABSTRAK
Menurut International Coffee Organization Indonesia (2017), saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik dunia. Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia yang memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya dapat dilihat banyak jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal hingga ke mancanegara seperti misalnya kopi Sidikalang Sumatera Utara, kopi Mandailing dan kopi Gayo Aceh, kopi Sumatera Selatan dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal kopi Malang yang mirip dengan yang ada di Lampung, kopi Bali dan masih banyak lagi jenis kopi yang lainnya. Indonesia sebagai negara kepulauan nusantara memiliki pesona rasa kopi nusantara yang sangat beragam dan rasanya pun merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor. Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di dunia dan berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet, dan kakao.Fenomena budaya ngopi di coffee shop sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan para ibu-ibu muda adalah sebuah fenomena sosial yang menunjukkan perubahan gaya hidup, preferensi, dan perilaku konsumen dalam menikmati kopi. Coffee shop bukan hanya menjadi tempat untuk minum kopi, tetapi juga menjadi tempat untuk bersosialisasi, berdiskusi, bekerja, belajar, atau sekadar bersantai . Ada asumsi bahwa kebiasaaan nongkrong di coffe shop memiliki nilai life style yang tinggi, ini di buktikan dengan bergesernya nilai budaya ngopi bagi ibu-ibu muda. Coffee shop menawarkan berbagai varian kopi, fasilitas, dan suasana yang menarik bagi para ibu-ibu muda yang ingin menghabiskan waktu dengan teman- teman, keluarga, atau diri sendiri. Coffee shop juga menjadi simbol status, identitas, dan gaya hidup bagi para ibu-ibu muda yang ingin tampil modis, modern, dan profesional. Coffee shop merepresentasikan karakteristik generasi muda yang dinamis, produktif, kreatif, dan berwawasan luas. Fenomena budaya ngopi di coffee shop ini dapat dilihat dari berbagai perspektif, seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, atau komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena budaya ngopi di coffee shop sebagai bentuk komunikasi baru di kalangan ibu-ibu muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi untuk memahami makna dan dampak komunikasi ibu-ibu saat ngopi di coffee shop. Penelitian ini juga menggunakan beberapa teori yang relevan, yaitu teori komunikasi antarpribadi, teori ruang publik, teori gaya hidup, dan teori identitas sosial. Penelitian ini signifikan bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai fenomena komunikasi baru di ruang publik. Penelitian ini juga signifikan bagi praktisi coffee shop, ibu-ibu, dan masyarakat umum dalam memahami dan mengapresiasi budaya ngopi di coffee shop sebagai salah satu bentuk komunikasi yang kaya akan nilai dan makna. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara budaya ngopi di coffee shop dengan komunikasi, kinerja, dan kesejahteraan ibu-ibu.
Kata Kunci: Fenomena budaya, Coffe Shop, Komunikasi Baru
References
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, D., Darmawan, E., & Hidayati, N. (2018). Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pembantu Cikarang Baru. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 2, 1-15.
Canggara, H. (2007). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DeVito, J.A. (2011). The interpersonal communication book (13th ed.). Boston: Pearson Education.
Habibi, M. R., Laroche, M., & Richard, M. O. (2014). The roles of brand community and community engagement in building brand trust on social media. Computers in Human Behavior, 37, 152-161.
Malisan, P. (2021). Trend ngopi sebagai gaya hidup baru di kalangan kaum muda di coffee shop Aksara Kopi dan Buku di Samarinda. Jurnal Komunikasi, 15(1), 1- 12.
Parinding, T. (2019). Budaya pecinta kopi dan gaya hidup urban kedai kopi di Surabaya. Jurnal Visual Art & Design, 11(2), 131-142.
Rahmawati & Prasetyo. (2019). Komunikasi baru: Konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Riza, M. A., & Perwani, A. (2021). Komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Medan. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5, 75-86.
Sugihartono. (2018). Media baru: Pengertian dan jenis-jenisnya. Surabaya: Penerbit Andi.
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryadi, A., & Suhendar, S. (2018). Konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Jurnal Pendidikan Matematika RAFA, 4(1), 1-10.
Sutiah. (2018). Pengembangan media pembelajaran PAI. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
West, R., & Turner, L.H. (2009). Understanding interpersonal communication: Making choices in changing times (2nd ed.).
Boston: Wadsworth Cengage Learning proves an effective legal weapon. The New York Times. Diakses dari http://www.nytimes.com
Majalah Cetak
Tumulty, K. (2006, April). Should they stay or should they go? Time, 167(15), 3-40.
Majalah Online
Tumulty, K. (2006, April). Should they stay or should they go? Time, 167(15). Diakses dari http://content.time.com/time/magazine/article/0,9171,1179361,00.html
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Penulis memegang hak cipta dan memberikan hak publikasi pertama kepada jurnal dengan karya tersebut secara bersamaan dilisensikan di bawah Lisensi Atribusi Creative Commons yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan atas kepenulisan karya dan publikasi awal di jurnal ini.
- Penulis dapat mengadakan perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif dari versi terbitan jurnal (misalnya, mempostingnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya pada tahun jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting karya mereka secara online (misalnya, di repositori institusi atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena hal ini dapat mengarah pada pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar atas karya yang diterbitkan (Lihat The Pengaruh Akses Terbuka ).
JURNAL SEKRETARI: memiliki lisensi CC-BY-SA atau yang setara sebagai lisensi optimal untuk publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali karya ilmiah.
Dalam mengembangkan strategi dan menetapkan prioritas, JURNAL SEKRETARI: Jurnal Sekretaris menyadari bahwa akses bebas lebih baik daripada akses berbayar, akses gratis lebih baik daripada akses gratis, dan libre di bawah CC-BY-SA atau yang setara lebih baik daripada libre di bawah kondisi terbuka yang lebih ketat. lisensi. Kita harus mencapai apa yang kita bisa ketika kita bisa. Kita tidak boleh menunda mencapai kebebasan untuk mencapai libre, dan kita tidak boleh berhenti pada kebebasan ketika kita bisa mencapai libre.